DAMAIKAN NEGERI DENGAN TOLERANSI

 


1. Pengertian Toleransi

Toleransi dalam bahasa Arab  dikenal dengan istilah tasamuhSecara bahasa toleransi berarti  tenggang rasa. Secara istilah,  toleransi adalah sikap menghargai  dan menghormati perbedaan  antarsesama manusia. Allah Swt.  menciptakan manusia berbeda  satu sama lain. Perbedaan  tersebut bisa menjadi kekuatan  jika dipandang secara positif.  Sebaliknya, perbedaan bisa  memicu konik jika dipandang  secara negatif.

Jika kita memperhatikan salah satu unsur bangunan, misalnya tembok,  maka tembok itu terdiri dari beberapa bagian: batu bata, besi, semen, dan  pasir. Jika masing-masing bagian itu berdiri sendiri tanpa ada persatuan  dan keterkaitan maka tidak akan mempunyai kekuatan. Setelah bagianbagian  itu dipersatukan, dicampur dengan air, dan disusun rapi, maka  ia menjadi satu bangunan yang kokoh. Ini semua menggambarkan  bahwa perbedaan merupakan sumber kekuatan apabila bersatu dan  bekerja sama. Oleh karena itu Islam mengajarkan untuk menghargai dan  menghormati perbedaan.  Apabila umat Islam tidak bersatu, maka kekuatan Islam akan lemah  dan mudah goyah. Hal ini akan semakin parah jika umat Islam bersikap  intoleransi, saling bermusuhan, dan saling bertengkar. Toleransi dalam  Islam mencakup dua hal yaitu toleransi antarsesama muslim dan toleransi  kepada nonmuslim. Toleransi antar sesama muslim berarti menghargai  dan menghormati perbedaan pendapat yang ada dalam ajaran agama  Islam. Misalnya, perbedaan pendapat mengenai jumlah rakaat salat  tarawih. Sebagian umat Islam melaksanakan salat tarawih delapan rakaat  ditambah tiga rakaat salat witir, sebagian yang lain melaksanakan dua  puluh rakaat ditambah tiga rakaat salat witir. Kedua pendapat ini harus  dihargai dan dihormati karena masing-masing memiliki dasar masing-masing. 

Beberapa tokoh kaum ka!r di Mekah seperti Aswad bin Abdul Muttalib,  Umayyah bin Khalaf, dan Al-Walid bin Al-Mughirah datang menemui  Rasulullah saw. menawarkan kompromi dalam hal ibadah. Mereka  mengusulkan agar Nabi saw. dan umat Islam mengikuti agama mereka  dan mereka pun akan mengikuti agama Islam. Mereka berkata:”Wahai  Muhammad, bagaimana jika kami menyembah Tuhanmu selama setahun  dan kamu juga menyembah Tuhan kami selama setahun. Jika agamamu  benar kami mendapat keuntungan, dan jika agama kami yang benar,  kamu juga tentu memperoleh keuntungan.” Rasulullah saw. dengan tegas  menjawab:”Aku berlindung kepada Allah agar tidak tergolong orang-orang  yang bersikap dan berperilaku syirik atau menyekutukan Allah.”  Untuk mempertegas penolakan Rasulullah saw. tersebut, Allah Swt.  menurunkan surat Al-Kafirun. Setelah Rasulullah saw. menerima wahyu  surat Al-Kafirun, beliau mendatangi tokoh-tokoh ka!r Mekah. Di tengahtengah  kerumunan orang-orang ka!r yang sedang berkumpul di Masjidil  Haram, Rasulullah saw. membacakan Q.S. Al-Kafirun ayat 1-6 dengan  mantap dan lantang. 

Terjemah Q.S. Al-Kafirun adalah sebagai berikut:

(1)    Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafr! 

(2)    aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, 

(3)    dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, 

(4)    dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 

(5)    dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku  sembah. 

(6)    Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” 

Perbedaan-perbedaan dalam tubuh agama Islam masih bisa  ditoleransi apabila terjadi dalam masalah furu’iyah (cabang), seperti  jumlah rakaat tarawih, doa qunut, dan lain-lain. Namun, kita tidak boleh  toleransi dalam masalah ushul (pokok) dalam Islam, misalnya kitab  suci al-Qur’ān, kiblat, dan Nabi. Ada orang mengaku Islam tetapi kiblat  salatnya bukan di Ka’bah, kitab sucinya bukan Al-qur an, nabinya bukan  Muhammad saw. Maka kita harus menolak keras pendapat seperti ini,  namun tidak boleh berbuat anarkis atau menghakimi sendiri dengan  tindakan kekerasan.  Adapun yang dimaksud toleransi kepada nonmuslim yaitu menghargai  dan menghormati pemeluk agama lain untuk beribadah sesuai agama  dan keyakinannya masing-masing. Rasulullah saw. telah mencontohkan  toleransi antarumat beragama, baik ketika beliau di Mekah maupun di  Madinah.

2. Sikap Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari

Toleransi merupakan salah satu akhlak mulia (akhlakul karimah) yang  harus dimiliki setiap muslim. Dengan menjunjung tinggi sikap menghargai  perbedaan ini maka kehidupan masyarakat akan damai dan sejahtera.  Oleh karena itu kita harus menerapkan toleransi dalam kehidupan seharihari  baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun masyarakat. Dalam  kehidupan sehari-hari toleransi dapat diwujudkan dengan sikap-sikap  sebagai berikut :

  • Bergaul dengan semua teman tanpa membedakan agamanya.
  • Menghargai dan menghormati perayaan hari besar keagamaan umat  lain. 
  • Tidak menghina dan menjelek-jelekkan ajaran agama lain. 
  • Memberikan kesempatan kepada teman nonmuslim untuk berdoa  sesuai agamanya masing-masing. 
  • Memberikan kesempatan untuk  melaksana-kan ibadah bagi  nonmuslim.
  • Memberikan rasa aman kepada  umat lain yang sedang beribadah. 
  • Tidak memaksakan kehendak  kepada orang lain. 
  • Mengadakan silaturahmi dengan  tetangga yang berbeda agama.
  • Menolong tetangga beda agama  yang sedang kesusahan. 

Lebih dari itu sikap toleransi kepada sesama muslim harus lebih  diperkokoh. Hal ini pernah dicontohkan Rasulullah saw. dan umat Islam  ketika berada di Madinah. Hubungan persaudaraan antara Muhajirin  (kaum muslimin dari Mekah) dan Ansar (kaum muslimin Madinah) terjalin  sangat erat. Kehidupan kedua golongan itu setiap hari diliputi oleh  suasana saling pengertian, saling membantu dan saling bekerja sama.  Apabila seorang dari Ansar memiliki rumah, maka rumah itu digunakan  bersama dengan Muhajirin. Jika Muhajirin memiliki makanan dan  minuman, maka makanan dan minuman itu dibagi dengan Ansar. Dengan  persaudaraan dan toleransi yang tinggi seperti ini maka umat Islam waktu  itu mempunyai ikatan yang kokoh. Rasulullah saw. mengibaratkan umat  Islam sebagai satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang sakit maka anggota  tubuh lain juga ikut merasakan sakit.

Demikian pula dengan umat Islam,  jika ada salah seorang anggota masyarakat muslim mengalami kesulitan  maka warga yang lain hendaklah membantunya.  Kepada umat agama lain, Islam juga mengajarkan untuk toleransi.  Dalam Islam tidak ada ajaran supaya membenci atau memusuhi umat  agama lain. Islam mengajarkan umatnya untuk hidup berdampingan  dalam suasana damai, rukun, dan saling. Rasulullah saw. dan umat Islam  sudah mencontohkan toleransi antarumat beragama pada waktu berada  di Madinah. Umat Islam, Nasrani, dan Yahudi diberi kebebasan dan dijamin  hak-haknya untuk melaksanakan ibadahnya masing-masing.  Namun perlu diingat bahwa toleransi kepada golongan nonmuslim  hanya terbatas pada masalah-masalah duniawi, seperti kerjasama dalam  bidang ekonomi, sosial budaya, politik dan masalah-masalah lain yang  berkaitan dengan keduniaan. Adapun yang berkaitan dengan masalah  aqidah dan ibadah harus sesuai dengan agamanya masing-masing. 

3. Toleransi dan Kedamaian Negeri 

Toleransi antarumat beragama di Indonesia sudah berjalan baik dan  perlu terus dijaga. Penduduk Indonesia sudah terbiasa dengan perbedaan  agama dan keyakinan diantara mereka. Meski harus diakui masih ada  kasus-kasus kecil akibat salah paham diantara warga negara. Namun  kehidupan beragama di Indonesia sudah mencerminkan toleransi yang  tinggi. 

Semua agama mengajarkan kedamaian dan hidup rukun dengan  sesama warga negara. Tidak ada agama yang menganjurkan pemeluknya  untuk saling bermusuhan dan saling menghina umat agama lain. Demikian  pula dengan Islam, ajaran Islam penuh dengan pesan-pesan damai dan  saling menghargai perbedaan. Kita diajarkan untuk menghormati dan  menghargai perbedaan agama dan keyakinan di antara sesama warga  negara. 

Apabila ada kekerasan yang mengatasnamakan agama, maka kita  harus menolaknya. Islam tidak pernah mengajarkan untuk berbuat aniaya  dan berbuat kerusakan. Dakwah Islam tidak boleh dilaksanakan dengan  kekerasan atau paksaan, tetapi harus dilaksanakan dengan santun,  menarik, dan bijaksana. Dakwah seperti inilah yang telah dicontohkan  Rasulullah saw. Kunci keberhasilan dakwah beliau adalah berakhlak mulia  kepada semua orang.  Dakwah kepada orang yang bukan Islam juga harus dengan cara  damai.

Diceritakan dalam sebuah kisah bahwa salah seorang sahabat  Ansar mempunyai dua orang anak yang beragama Nasrani. Sahabat  tersebut datang kepada Nabi Muhammad saw. menanyakan apakah  boleh memaksa kedua anaknya untuk masuk Islam? Rasulullah saw.  menjawab dengan mengutip ayat Al-qur an bahwa tidak ada paksaan  dalam beragama, telah nyata perbedaan antara yang haq dan batil. 

Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia  telah menempatkan diri sebagai contoh bagi bangsa-bangsa lain tentang  pelaksanaan toleransi beragama. Undang-Undang Dasar 1945 menjamin  hak setiap warga negara untuk melaksanakan ibadah sesuai agama dan  keyakinan masing-masing. Di samping hak beragama, kita juga punya  kewajiban untuk menghargai dan menghormati umat agama lain. 

 RANGKUMAN

  1. Toleransi diartikan sebagai sikap saling menghargai perbedaan  antarsesama manusia. 
  2. Toleransi dalam Islam mencakup dua hal yaitu toleransi antarumat  seagama dan toleransi antarumat beragama. 
  3. Toleransi antarumat beragama yaitu menghargai dan menghormati  pemeluk agama lain untuk beribadah sesuai agama dan keyakinannya  masing-masing. 
  4. Perbedaan merupakan sumber kekuatan apabila bersatu dan bekerja  sama. 
  5. Toleransi kepada golongan nonmuslim hanya terbatas pada masalahmasalah  keduniaan saja, tidak boleh ada toleransi dalam bidang akidah  dan ibadah. 
  6. Ajaran Islam penuh dengan pesan-pesan damai dan saling menghargai  perbedaan. 
  7. Dengan menjunjung tinggi sikap menghargai perbedaan maka kehidupan  masyarakat akan damai dan sejahtera 
  8. Sikap toleransi harus diterapkan dalam hubungannya dengan sesama  muslim maupun nonmuslim sehingga dapat menciptakan kedamaian  dan keharmonisan hidup.    

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "DAMAIKAN NEGERI DENGAN TOLERANSI"

Posting Komentar